Di Masa yang Lalu

Di desa itu aku merindu. Teringat dulu saat umurku belum berkepala dua. Belum lagi teman bermainku yang banyak jumlahnya. Setiap sore rasanya senang sekali bermain bola meskipun skill ku tak seberapa. Di halaman depan rumahku tepatnya aku mulai melatih diri mencintai benda bulat ini yang besarnya waktu itu lebih besar sedikit dari kepala. Tendangan pertama diambil alih oleh kaki kanan. Ternyata si kaki kanan ini tampak egois, tidak mau berbagi dengan kaki kiri dan hasilnya tendangan kaki kananku lebih kuat dari kaki kiri. Oke itu tidak masalah bagiku.

Selain sepak bola permainan yang sering aku lakukan adalah petak umpet. Serunya saat mencari tempat persembunyian paling dominan untuk tidak terlacak. Begitu juga saat adu lari untuk lebih dulu sampai di Base, biasanya digunakan tiang atau tembok. Perasaan was was harus muncul saat harus mencari dimana lawan berada. Degup jantung lebih kencang daripada situasi kencan pertama dengan wanita. Mata dan kaki harus tetap seirama dan teliti melihat dimana lawan bersembunyi. Senang rasanya bisa bermain bersama, belum banyak pikiran yang menghantui.

Beruntung rasanya aku lahir di zaman itu. Semua masih murni permainan klasik tanpa harus khawatir dengan keberadaan mesin gadget sekarang ini, yang banyak mendominasi permainan anak terutama di kota-kota besar yang orang tuanya sudah mampu akan segalanya. Walaupun dulu juga sudah mulai bermunculan HP yang di dalamnya disematkan permainan sederhana seperti Bounce, Snake, Space Impact, dll. Untungnya mereka semua tidak membuatku kecanduan untuk memainkannya.

Comments

Popular posts from this blog

Ya Entahlah

Terbang Untuk Mendarat

Menunda Pagi