Ya Entahlah

Ketika integritas hanya sebatas tulisan di kertas, tersimpan rapi dalam rak lemari paling atas. Belum sepenuhnya dipahami dalam hati yang pantas. Ketika komitmen hanya sebatas kata yang telah lama tidak dicari keberadaannya. Begitu pula ketika kehadiran hanya sebatas formalitas untuk mendapatkan nilai rupiah yang tak terbatas.

Apa dikata banyak orang tentang ini. Menjadi cerminan dalam masyarakat masa kini. Tak bisa terbantahkan, memang demikian adanya. Lemahnya pengawasan menjadi senjata utama untuk merencanakan strategi dalam mempertahankan zona nyaman. Tidak selaras antara laporan dengan apa yang dilakukan.

Banyak yang harus dibenahi, mulai dari diri sendiri tentunya. Namun apa daya ketika diri ini mulai perlahan masuk dalam arus permainan ini. Deras sekali arus yang harus dilewati, jika orang lain berada disini mungkin akan mengikuti arus entah kemana mau pergi. Godaannya tak bisa terbantahkan, kondisi nyaman yang terbentuk perlahan mulai melunturkan nilai-nilai yang sudah terbangun sejak awal. Kata menyerah mungkin bisa mewakilinya.

Tidak sepantasnya kata menyerah muncul lebih dulu sebelum kata berusaha. Kurang lebih sembilan bulan terbuang percuma jika itu sampai terjadi. Pencapaian yang besar selalu dimulai dari hal-hal yang kecil dan berkesinambungan. Jangan sampai terpengaruh tapi berpengaruhlah untuk menjadikan semua ini lebih baik. Tapi harus dimulai dari mana? Ah entah lah, pikir saja sambil ngopi.

Comments

Popular posts from this blog

Terbang Untuk Mendarat

Menunda Pagi